Keterampilanliterasi yang baik akan membantu generasi muda dalam memahami informasi baik lisan. Keterampilan literasi memiliki pengaruh penting bagi keberhasilan generasi milenial di Indonesia secara umum maupun Kalimantan Tengah secara khusus. MAKALAH KONFERENSI NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Banjir merupakan bencana yang begitu akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan, banjir seolah merupakan agenda tahunan yang sangat biasa dalam cara menyikapi dan menanggulangi banjir, masyarakat masih sangat terkesan biasa-biasa saja. Hal ini sebaiknya tidak boleh terjadi membuang sampah di sungai dan di selokan menjadi penyebab utama terjadinya harus mengubah kebiasaan hidup kita mulai dari hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah di selokan atau sungai, membersihkan saluran pembuangan,dan lain-lain. Marilah kita bersama-sama menjaga lingkungan hidup kita untuk lingkungan yang sehat dan menentramkan. Tuliskan teks persuasi dengan ilustrasi tersebut! Jawabankarena orang orang rajin membersihkan selokan dan lebih senantiasa bersih² tempat tempat yang dulunya terkena sikap baik orang² semua tempat jadi lebih indah dan nyaman .tapi tidak semua tempat , hanya sebagian orang yang tak peduli kebersihan lingkungan kita lebih bersih ,nyaman,dan tentram terus lah bersikap KALO BERMANFAAT.
Banjirmerupakan suatu bencana alam yang mudah terjadi begitu saja di Indonesia. Hal Ini disebabkan oleh letak negaranya yang mejadikan Indonesia berada di iklim tropis.Di iklim tropis seperti Indonesia yang memiliki musim penghujan dengan durasi cukup panjang, memungkinkan curah hujan tinggi (baca: manfaat curah hujan tinggi bagi kehidupan) setiap tahunnya pada musim penghujan.
Berada di Cincin Api Pasifik, wilayah yang secara geologis paling aktif di dunia, Indonesia rentan terhadap bencana alam. Pada Juli dan Agustus 2018 gempa bumi yang seperti tak habis-habisnya melanda Bali dan Lombok, menewaskan lebih dari 600 orang. Tidak lama kemudian, gempa bumi menghantam pantai Sulawesi Tengah, diikuti oleh tsunami lokal yang melanda Kota Palu dan sekitarnya. Lebih dari orang tewas. Hanya beberapa hari sebelum Natal 2018, tsunami melanda pesisir Pulau Jawa dan Sumatra. Dipicu oleh runtuhnya sebagian gunung api Anak Krakatau ke laut setelah letusannya, bencana ini menewaskan sedikitnya 420 orang. Beberapa analis telah mengomentari kesiapan dan tanggapan pemerintah terhadap bencana ini. Namun, di masyarakat sendiri, ada cara pandang yang mengaitkan unsur-unsur keimanan dengan bencana alam. Misalnya, bahwa terdapat dua masjid di Palu yang tetap berdiri-sementara bangunan yang lain hancur-memicu perdebatan tentang intervensi Ilahi dalam bencana alam ini. Baik sebagai respons langsung terhadap bencana atau sebagai cara utuk dapat menghadapi dampak bencana, banyak anggota masyarakat menanggapi ketidakpastian dari alam dengan sikap ā€œlihat saja nantiā€. Masyarakat Indonesia menggunakan konsep pasrah, yang berarti berserah kepada Tuhan, untuk mengartikulasikan sikap ini. Pasrah memiliki makna yang berbeda bagi setiap individu dan komunitas, tapi konsep itu sendiri dikenal oleh banyak agama di dunia. Dalam konsep pasrah, nasib umat manusia sepenuhnya ditentukan oleh Tuhan sehingga tidak begitu masuk akal bagi manusia untuk berencana menghadapi kejadian-kejadian dan akibat-akibat yang tidak terduga. Interpretasi pasrah yang lain menyatakan bahwa manusia harus berusaha sekuat tenaga sambil memahami bahwa pada titik tertentu nasiblah yang menentukan. Meski bukan merupakan konsep yang khusus untuk Indonesia saja, lazimnya konsep pasrah di seluruh kepulauan Indonesia mempengaruhi perencanaan penanggulangan bencana alam dan konservasi lingkungan. Ketika semua sudah ditakdirkan, apa gunanya merencanakan kebijakan dan langkah untuk mengurangi dampak dari bencana alam, atau mengakui bahwa manusia memiliki peran dalam melindunginya? Sikap pasif terhadap bencana Penyebab bencana alam di Indonesia–kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di atas pertemuan lempeng Bumi dan memiliki banyak gunung api–juga telah menjadikan negeri sebagai salah satu daerah yang lingkungannya paling produktif di dunia. Negara ini memiliki tanah yang kaya nutrisi dan terumbu karang yang kaya dengan ikan. Selama beberapa generasi, rakyat Indonesia dan penjajah dari Barat telah memanfaatkan sumber daya ini. Namun, kekayaan yang tampaknya tak terbatas–dieksploitasi melalui pertambangan, produksi minyak kelapa sawit, dan penangkapan ikan tanpa kendali–malah menciptakan masalah yang luar biasa Indonesia memiliki tingkat kerusakan lingkungan tercepat di dunia, dan tampaknya belum ada solusi efektif untuk mengatasinya. Pemerintah Indonesia terus berjuang untuk mempersiapkan komunitas lokal untuk menghadapi bencana, baik bencana akibat manusia, maupun bencana alam, terutama ketika orang umumnya percaya bahwa apa pun yang terjadi itu adalah kehendak Tuhan. Dari Juni sampai September 2018, kami mewawancarai sekitar 30 penduduk di Yogyakarta dan Salatiga, Jawa Tengah, untuk lebih memahami arti konsep pasrah terhadap bencana alam yang dipengaruhi manusia maupun tidak untuk kesiapsiagaan di masa depan. Kami meminta informasi dari penduduk Yogyakarta yang tinggal di dekat Gunung Merapi dan Kota Salatiga terletak 23 kilometer di utara kaki Gunung Merapi. Banyak penghuni Salatiga ingat letusan-letusan Gunung Merapi pada masa lalu. Karena jumlah penduduknya yang lebih dari jiwa, Salatiga adalah kota terbesar di daerah bencana berisiko tinggi. Kami mensurvei dan mewawancarai penduduk dari berbagai latar belakang, dan terlihat jelas dari penjelasan para penduduk, konsep pasrah dan takdir mempengaruhi pemikiran mereka tentang pelestarian lingkungan. Kami menemukan bahwa mereka yang percaya bahwa bencana alam secara langsung dipengaruhi oleh Tuhan cenderung berpendapat bahwa manusia bukan penyebab kerusakan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang tidak melihat bencana alam sebagai kehendak Tuhan cenderung beranggapan manusia berperan dalam kerusakan lingkungan seperti limbah platik, pencemaran udara dan air, dan penggunaan sumber daya alam di hutan dan laut secara berlebihan. Penting untuk dicatat bahwa, bagi banyak orang yang kami wawancarai, pasrah bukan hanya disebabkan karena sikap pasif. Pasrah juga merupakan sikap berserah yang timbul dari ketidakmampuan untuk meninggalkan daerah rawan bencana, karena mereka kurang mampu atau tidak memiliki tempat tinggal yang lain. Ada juga karena kegagalan pemerintah menghadapi kerusakan lingkungan yang parah akibat berbagai hal, mulai dari penangkapan ikan yang tak terkendali, deforestasi hingga polusi plastik. Mengenal sikap agama dan budaya Mengingat tingginya tingkat kehancuran lingkungan yang diakibatkan manusia maupun alam di Indonesia, semakin penting bagi pemerintah untuk menanggapi konsep-konsep tertentu dari agama dan budaya yang menghambat masyarakat dalam merespons secara efektif terhadap bencana alam. Pemerintah juga perlu mengatasi faktor-faktor eksternal yang membuat orang tidak dapat meninggalkan daerah bencana tepat waktu, seperti kegagalan sistem peringatan bencana. Dalam hal pengelolaan lingkungan, konsep keagamaan di luar pasrah juga dapat memberikan pelajaran berharga untuk mengatasi masalah tragedi milik bersama ini. Lebih dari 750 ayat dalam Alquran berhubungan dengan lingkungan. Agama Kristen juga mengajarkan untuk menghormati semua ciptaan Tuhan. Ajaran-ajaran ini diakui secara luas di antara orang-orang yang kami survei dan menambahkan perspektif yang kritis pada konteks pasrah dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan hal ini, karena degradasi lingkungan meningkat dengan cepat, sangat penting untuk memahami bagaimana keyakinan-keyakinan budaya mendukung atau menghambat pengelolaan lingkungan. Ajaran agama dapat membuka wawasan untuk mengatasi hambatan ini. Namun, pada akhirnya pemahaman yang lebih mendalam tentang beragam komunitas di seluruh Indonesia dan berbagai tantangan yang mereka hadapi adalah langkah pertama untuk mempersiapkan masyarakat ketika bencana terjadi. Masa depan manusia mungkin tetap menjadi kehendak Tuhan, tapi masa depan kesehatan lingkungan dunia tetap di tangan manusia. Artikel ini ditulis bersama dengan Chloe King, mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas George Washington.
Tangseyang Kini Akrab Bencana. Tangse merupakan kecamatan di Kabupaten Pidie yang terletak sekitar 190 km dari Kota Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh. Tangse dikenal sebagai daerah penghasil beras dengan kualitas terbaik. Bulir padinya putih, saat dimasak, nasinya harum dan pulen.
Foto Banjir Banjir adalah bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia. Bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologi ini selalu meningkat setiap tahunnya. Meskipun terkadang tidak menimbulkan banyak korban jiwa, bencana ini tetap saja merusak infrastruktur dan mengganggu stablitas perekonomian masyarakat secara banjir sangat beragam. Banjir dapat disebabkan karena curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi serapan tanah yang cukup. Atau dapat terjadi dalam bentuk rob atau bandang. Oleh karena itu, kita harus siap untuk mengantisipasi setiap jenis bencana yang dilakukan sebelum terjadi banjir Perhatikan ketinggian rumah Anda dari bangunan yang rawan banjir. Tinggikan panel listrik. Hubungi pihak berwenang apabila akan dibangun dinding penghalang di sekitar wilayah Anda. Apa yang dilakukan pada saat terjadi bencanaa. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda Simak informasi dari radio mengenai informasi banjir Waspada terhadap banjir yang akan melanda. Apabila terjadi banjir bandang, beranjak segera ke tempat yang lebih tinggi; jangan menunggu instruksi terkait arahan beranjak. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain yang tergenang air. Banjir bandang dapat terjadi di tempat ini dengan atau tanpa peringatan pada saat hujan biasa atau deras. b. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi Amankan rumah Anda. Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas air. c. Apabila Anda harus meninggalkan rumah Jangan berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat mengakibatkan Anda jatuh. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda berpijak. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik, abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat. mengakibatkanterhambatnya aktifitas masyarakat dan timbulnya penyakit akibat bencana banjir di perumahan tersebut. Walaupun di Perumnas Manggala merupakan daerah rawan banjir namun masyarakat yang bermukim di daerah tersebut masih bertahan di lokasi tersebut dengan cara, seperti meninggikan lantai rumah, menambah lantai bangunan dan lain-lain.
ANTARA FOTO/JOJON Foto udara jalan trans sulawesi terendam banjir bandang di Kecamatan Asera, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Minggu 9/6/2019. Akibat intensitas hujan tinggi menyebabkan Sungai Lasolo meluap dan menyebabkan banjir bandang, sementara pihak BPBD Kabupaten Konawe Utara mencatat sebanyak unit rum Laporan sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Ecology and Society pada Agustus 2020 mengungkapkan penyebab kenapa Indonesia dilanda bencana banjir lebih sering dan lebih parah. Riset ini menyebutkan bahwa perubahan tata guna lahan yang cepat di Indonesia telah berdampak pada siklus air lokal di negeri ini, salah satu dampaknya adalah berupa banjir. Riset multidisiplin ilmu ini dikerjakan oleh tim peneliti gabungan dari University of Gƶttingen, Institut Pertanian Bogor IPB, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG. Hasil riset ini menunjukkan bahwa perluasan perkebunan monokultur, seperti perkebunan kelapa sawit dan karet, menyebabkan banjir di Indonesia terjadi lebih sering dan lebih parah. Dalam laporan hasil riset ini tim peneliti menjelaskan bahwa peningkatan frekuensi dan keparahan banjir ini terkait dengan proses ekohidrologi dan sosial yang saling mempengaruhi, termasuk degradasi tanah di area pertanian monokultur, perluasan perkebunan kelapa sawit ke area lahan basah, dan pembangunan bendungan pelindung banjir. Baca Juga Samudra Arktik Pernah Menjadi Tawar di Zaman Es, Sebuah Studi Dalam riset ini, para peneliti melakukan hampir 100 wawancara dengan para petani kecil, masyarakat desa, dan para pengambil keputusan di provinsi Jambi, Sumatra. Mereka kemudian membandingkan dan melengkapi analisis mereka terhadap hasil wawancara ini dengan pengukuran ilmiah dari curah hujan, tinggi permukaan air sungai, tinggi permukaan air tanah, sifat-sifat tanah, serta pemetaan penggunaan lahan di wilayah tersebut. "Banyak studi tentang hubungan antara perubahan penggunaan lahan dan banjir hanya didasarkan pada analisis oleh masing-masing disiplin ilmu dan dengan demikian hanya memberikan wawasan yang terpisah-pisah tentang proses yang mendasarinya," kata peneliti utama dalam tim riset ini, Jennifer Merten dari Department of Human Geography di University of Gƶttingen, sebagaimana dikutip dari ScienceDaily. "Oleh karena itu, penting bagi kami untuk menggunakan data seluas mungkin dari berbagai disiplin ilmu dan juga untuk memasukkan pengamatan dari penduduk lokal." Baca Juga Alih Fungsi Hutan Jadi Kebun Sawit Bikin Suhu Indonesia Makin Panas Dalam laporan hasil riset ini, para ilmuwan dari German-Indonesian Collaborative Research Centre EFForTS Ecological and Socio-Economic Functions of Tropical Lowland Rainforest Transformation Systems menunjukkan bahwa perluasan perkebunan kelapa sawit dan karet saat ini memiliki dampak yang signifikan terhadap siklus air lokal. "Perubahan penggunaan lahan skala besar menyebabkan pemadatan tanah, sehingga lebih sedikit hujan yang diserap oleh tanah dan air dengan cepat mengalir ke permukaan," jelas Christian Stiegler dari Bioclimatology Group di University of Gƶttingen yang turut menjadi anggota peneliti dalam rim riset ini. "Secara khusus, penghancuran lahan di daerah rawan banjir yang semakin parah berdampak besar dalam proses siklus air lokal ini," imbuhnya. Baca Juga Studi Air Laut Akan Naik Lebih Tinggi Lampaui Skenario Terburuk PBB PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Banjirmerupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Definisi banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Namun kadangkala banjir dapat datang tiba-tiba akibat dari
BANJIR DAN UPAYA PENANGANANNYAMasalah banjir dihadapi hampir di seluruh negara di dunia. Namun, lahan yang terdapat di kawasan rawan banjir umumnya subur dan menyimpan berbagai potensi serta kemudahan sehingga memiliki daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Hal tersebut menyebabkan sebagian kota-kota besar seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya tumbuh berkembang serta bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun, dataran banjir juga dapat menimbulkan kerugian bagi manusia berupa genangan banjir yang menyebabkan kerusakan dan bencana. Dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran banjir maka kerusakan dan bencana yang terjadi kemungkinan mengalami peningkatan dari waktu ke proses terjadinya banjir dapat disebabkan oleh kondisi alam yang statis seperti geografis, topografis dan geometri alur sungai; peristiwa alam yang dinamis seperti curah hujan yang tinggi, pembendungan dari laut/pasang dari sungai induk, amblesan tanah dan pendangkalan; serta kegiatan manusia yang dinamis seperti tata ruang/peruntukan dataran banjir yang tidak sesuai, permukiman di bantaran sungai, prasarana pengendalian banjir yang terbatas, amblesan permukaan tanah dan kenaikan muka air laut akibat global warming. Hampir seluruh kegiatan penanganan masalah banjir dilakukan pemerintah dengan beberapa proyek yang lebih mengandalkan upaya-upaya yang bersifat struktur structural measures. Kebijakan pembangunan selama ini cenderung sentralistis dan top-down, serta adanya berbagai kendala/keterbatasan di masyarakat sendiri yang menyangkut kondisi sosial, budaya dan ekonomi. Guna mengatasi masalah banjir dan genangan, masih menggandalkan upaya bersifat represif dengan melaksanakan kegiatan fisik dengan membangun sarana dan prasarana pengendali banjir dan atau memodifikasi kondisi alamiah sungai sehingga membentuk sisteM pengendali banjir in-steam yang hampir diterapkan hampir di seluruh negara yang mengalami masalah banjir. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Siswoko menyebutkan kegiatan struktur tersebut antara lain pembangunan tanggul banjir untuk mencegah meluapnya air banjir sampai tingkat/besaran banjir tertentu sehingga terbentuk penampang sungai yang tersusun untuk mengalirkan debit banjir. Selain itu dilakukan normalisasi alur sungai, penggalian sudetan, banjir, kanal dan interkoneksi antar sungai untuk merendahkan elevasi muka air banjir di sungai. Upaya lainnya yakni melalui pembangunan waduk penampungan dan atau retensi banjir, banjir kanal dan interkoneksi untuk memperkecil debit banjir; serta pembangunan waduk/polder, pompa dan sistem drainase untuk mengurangi luas dan tinggi lanjut Siswoko menyebutkan, kegiatan non struktur yaitu konservasi tanah dan air di DAS hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan mengendalikan besarnya pendangkalan/sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan lainnya yakni pengelolaan dataran banjir flood plain management berupa penataan ruang dan rekayasa di dataran banjir yang diatur dan disesuaikan sedemikian rupa untuk memperkecil resiko/kerugian/bencana banjir. Selain itu perlu juga dilakukan penataan ruang dan rekayasa di DAS hulu dengan pertimbangan tertentu, sehingga pembudidayaan/pendayagunaan lahan tidak merusak hidrologi DAS dan tidak memperbesar debit serta masalah banjir. Upaya lainnya berupa penanggulangan banjir flood-fighting untuk menekan bencana dan mengatasinya secara juga mengatakan untuk menangani masalah banjir perlu diterapkan sistem prakiraan dan peringatan dini untuk menekan besarnya bencana serta Flood proofing dengan membangun tanggul keliling, polder dan pompa. Peran masyarakat pun sangat diperlukan disamping penegakan hukum yang lebih tegas. Selain itu perlu dilakukan penetapan sembada sungai dengan didukung penegakan hukum. Tidak ketinggalan, dalam menangani banjir, penyuluhan dan pendidikan masyarakat melalui media serta penanggulangan kemiskinan poverty alleviation sangat mutlak dilakukan. Kondisi dan permasalahan setiap sungai selalu berbeda, agar penerapan sistem pengendalian banjir optimal maka setiap sungai harus melalui kajian yang menyeluruh dengan membandingkan beberapa alternatif/ kombinasi. ind/sdaPusat Komunikasi Publik272005 Apakah informasi di atas cukup membantu? Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Facebook Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Twitter kemenpu Instagram kemenpupr Youtube kemenpu SigapMembangunNegeri Banjirmerupakan bencana yang begitu akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. bahkan banjir seolah merupakan agenda tahunan yang sangat biasa terjadi. baik dalam cara menyikapi dan menanggulangi banjir masyarakat masih sangat terkesan biasa-biasa saja. hal ini sebaiknya tidak boleh terjadi lagi. kebiasaan membuang sampah di sungai dan di selokan menjadi penyebab utama terjadinya banjir Indonesia merupakan salah satu negara paling rawan bencana di dunia. Berlokasi tepat di ā€œCincin Apiā€ Pasifik, Indonesia menjadi tempat di mana 76 gunung berapi aktif berada. Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari puluhan ribu pulau yang membentang sepanjang km, dalam beberapa tahun terakhir tsunami telah menghantam pantai Sumatera Utara, Sulawesi, dan Jawa Barat. Kejadian yang jarang terjadi di negara lain seperti letusan gunung berapi, banjir, dan tanah longsor, adalah hal biasa di korban jiwa dan harta benda, Indonesia juga menanggung beban keuangan yang berat dalam merespon dan memulihkan diri dari bencana alam. Sebuah analisis baru-baru ini menemukan bahwa antara tahun 2014 dan 2018 pemerintah pusat menghabiskan US$90 juta hingga US$500 juta sekitar Rp1,3 triliun hingga Rp7,125 triliun per tahun untuk kegiatan tanggap bencana dan pemulihan bencana setelahnya, sementara pemerintah daerah membutuhkan tambahan sekitar US$250 juta sekitar Rp3,6 triliun. Ini berarti antara 1,4 persen hingga 1,9 persen dari total pengeluaran pemerintah pusat selama periode ini terkait dengan bencana alam, menjadikannya dua hingga empat kali lebih besar daripada pengeluaran yang diperhitungkan sebelumnya oleh untuk melindungi anggaran dan aset pemerintah Indonesia. Pada Pertemuan Tahunan Kelompok Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional di Bali tahun 2018, Indonesia menjadi tuan rumah dialog internasional tingkat tinggi tentang risiko keuangan peluncuran Strategi Nasional Pembiayaan dan Asuransi Risiko Bencana Disaster Risk Finance and Insurance - DRFI , Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, saat itu mengatakan, ā€œSelama ini, pemerintah hanya menggunakan APBN untuk menutupi biaya bencana. Hal ini menimbulkan risiko terhadap anggaran yang dialokasikan untuk sektor-sektor prioritas lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan program-program pemerintah daerah.ā€ Lebih lanjut Sri Mulyani menyampaikan dalam kata pengantar buku Strategi Pembiayaan dan Asuransi Risiko Bencana yang diterbitkan pada bulan Desember 2018, ā€œStrategi ini memungkinkan pemerintah untuk mencari solusi keuangan dan inovasi bagi pendanaan alternatif untuk melengkapi APBN dalam hal pembiayaan bencana.ā€ Bank Dunia, dengan dukungan dari Swiss State Secretariat for Economic Affairs SECO telah bermitra erat dengan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan strategi DRFI dan terus bekerja sama dalam pelaksanaannya. Pada bulan Januari 2021 Bank Dunia menyetujui dukungan keuangan senilai US$500 juta terkait upaya pemerintah Indonesia dalam membangun dan memperkuat respons keuangannya terhadap bencana alam, risiko iklim, maupun guncangan lainnya yang terkait kesehatan seperti pandemi COVID-19. Pinjaman tersebut mendukung pembentukan Pooling Fund untuk Bencana, yang dibentuk secara sah pada bulan Agustus 2021 melalui Peraturan Presiden Perpres. Pooling Fund untuk Bencana akan berfungsi sebagai mekanisme pusat dalam membantu memastikan aliran dana bencana yang efektif dan transparan ke instansi pemerintah terkait, termasuk untuk penyaluran bantuan sosial yang lebih cepat bagi korban bencana alam, dan meningkatkan perencanaan kesiapsiagaan waktu, Pooling Fund tersebut akan memanfaatkan asuransi dan pasar modal domestik maupun internasional untuk meningkatkan kemampuan keuangannya. Operasi pinjaman tersebut juga akan berinvestasi pada kegiatan untuk meningkatkan perencanaan, seperti memperkenalkan suatu sistem pelacakan anggaran untuk pengeluaran terkait itu, dalam operasi pinjaman tersebut terdapat hibah sebesar US$14 juta sekitar Rp199,5 miliar dari Global Risk Financing Facility GRiF, suatu dana perwalian multi-donor yang dikelola oleh Bank Dunia untuk membantu berbagai negara dalam merancang dan mengimplementasikan solusi keuangan untuk mengelola bencana dan gangguan iklim. Dana hibah tersebut merupakan upaya pembiayaan bersama untuk membantu meningkatkan kapasitas teknis pemerintah dalam mengelola dana untuk melindungi kelompok yang paling kunci lainnya dari kerja sama berkelanjutan antara Bank Dunia dengan Kementerian Keuangan dalam DRFI adalah pengimplementasian dan peningkatan Program Asuransi Perlindungan Barang Milik Negara BMN. Sejak diluncurkan pada tahun 2019, berdasarkan data bulan September 2021, program asuransi ini telah melindungi lebih dari bangunan milik 51 kementerian,Pekerjaan lain sedang berlangsung untuk mengintegrasikan upaya Indonesia dengan South-East Asia Disaster Risk Insurance Facility SEADIF suatu inisiatif dari para anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ASEAN ditambah tiga negara Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan yang mendapat dukungan dari Bank Dunia, dimana salah satu program prioritasnya adalah perlindungan keuangan bagi aset milik publik. Indonesia merupakan anggota SEADRIF, dan pekerjaan serupa sedang berlangsung juga di negara-negara tetangga di ASEAN lainnya, termasuk Filipina dan ini merupakan bagian integral dari upaya Indonesia untuk mencapai tujuan utama strategi DRFI, yaitu untuk melindungi anggaran negara dari pengeluaran tak terduga akibat bencana, melalui adanya mekanisme khusus untuk pemerintah pusat dalam mengelola pengeluaran bencana secara lebih efisien dan memperkuat koordinasi fiskal antara pemerintah pusat dan daerah dengan menetapkan peran dan tanggung jawab yang lebih jelas untuk mendanai tanggap bencana. Strategi DRFI juga bertujuan untuk melindungi aset milik negara dari kerusakan akibat bencana melalui program asuransi indemnity yang mencakup semua kementerian dan lembaga, dan untuk melindungi masyarakat, khususnya masyarakat miskin pada saat terjadi bencana, melalui program jaring pengaman alam telah menjadi kenyataan hidup bagi masyarakat Indonesia. bMAUAQ.
  • qo72m533zj.pages.dev/118
  • qo72m533zj.pages.dev/31
  • qo72m533zj.pages.dev/156
  • qo72m533zj.pages.dev/332
  • qo72m533zj.pages.dev/35
  • qo72m533zj.pages.dev/302
  • qo72m533zj.pages.dev/134
  • qo72m533zj.pages.dev/146
  • banjir merupakan bencana yang begitu akrab dengan kehidupan masyarakat indonesia